Memory’s Dogma CODE:01: Memori yang Menyakitkan
1/4 = Tidak Layak (7 jam dari awal sampai habis)
Dengan presentasi pas-pasan, pengembangan yang berhenti mendadak, dan cerita amburadul, Memory’s Dogma CODE:01 merupakan salah satu contoh untuk tidak langsung memercayai proyek Kickstarter.
Rilis: 19 Desember 2016 (PC; Inggris, Jepang, Rusia) |
Platform: PC (Steam) |
Lama Bacaan: 7 jam |
Adegan Dewasa: Tidak (ada dialog kekerasan yang cukup eksplisit) |
Perihal Memory’s Dogma CODE:01, hal pertama (oke, oke, hal kedua mengesampingkan pengisi suara tertentu) yang terngiang di kepala saya setelah membaca sekitar 30 menit pertamanya adalah sebuah ulasan dari ShadyPenguin di halaman Steam-nya:
“This is not a sci-fi story or one about coping with death. Any of the descriptions on the page are likely to lead you to believe that, but after the first chapter any pretense of being a serious story falls apart. Fundamentally, this is a chuunibyou* story.“
“Ini bukanlah cerita fiksi ilmiah atau soal menerima kematian. Penjelasan apapun yang tertera di halaman [Steam] akan meyakinkanmu untuk memercayainya, tapi setelah bab pertama tipu muslihat yang seakan-akan menyajikan cerita serius hancur berantakan. Pada dasarnya ini adalah cerita chuunibyou.”
“Chuunibyou.“
“Tidak mungkin seburuk itu, kan?”, saya pikir. Ya memang sih Memory’s Dogma CODE:01 dibuka dengan adegan sang karakter utama, Hiroki Kusuhara, terbangun di rumah sakit setelah percobaan bunuh diri. Waow, agak ekstrim ke ranah emo, ya? Tapi tidak lama Visual Novel ini menyodorkan konsep fringe science (teori, ide, atau spekulasi berbasis ilmiah yang dibantah/sulit dipastikan kebenarannya) menarik: mungkinkah di masa depan kita bisa menyimpan memori/ingatan seseorang dan bagaimana teknologi ini membantu kita berhadapan dengan fakta mengenai kematian? Dan ada sebuah konspirasi yang memanipulasi memori orang-orang yang telah tewas? Waow, nggak perlu banyak pikir plot mengenai cerita detektif langsung terbayang di benak saya– Namun setelah 1 jam, harapan-harapan saya akan potensi Memory’s Dogma CODE:01 terbukti salah.
Chuunige, Chuunibyou Game
Pertama-tama kita harus membahas sekilas mengenai arti chuunibyou; dan saya memang memberikan penekanan besar ke anak judul “CODE:01“, yang akan saya bahas sedikit lebih lanjut nanti. Chuunibyou sendiri merupakan slang bahasa Jepang yang secara harfiah berarti “penyakit murid kelas dua SMP” atau berkaitan erat dengan imajinasi liar praremaja berusia 10-13 tahun, seperti merasa memiliki kekuatan super di mata kirinya, gaya bicara sok misterius, dan sejenis itu. Dan itu pula yang terjadi di sini. Seakan-akan setiap 1 jam sekali Visual Novel ini sengaja mengingatkanmu kalau cerita yang dia sajikan bukanlah cerita serius bertema fiksi ilmiah dengan kemunculan gadis berbaju miko misterius lah, sekelompok cosplayer bersenjata lah, mutan lah, jargon-jargon sok ilmiah yang sambil lalu lah…
Cerita Memory’s Dogma CODE:01 pun sangat tidak konsisten. Selain tiga karakter utama Hiroki, Reina, Kakeru, dan si pendorong cerita Sorano, peran karakter pendukung lainnya sangat minimal. Mereka pun “hilang” (baca: dibuang) begitu saja ketika sudah dianggap tidak begitu relevan dengan plot. Begitu pula dengan penggambaran sang penjahat utama, dari awalnya ngomong panjang lebar soal bagaimana dia ingin meraih impiannya dengan segala cara dan membuat kita sedikit bersimpati, 15 menit kemudian dia langsung bertingkah bagai penjahat yang ingin menguasai dunia. Bolak-baliknya sifat karakter Handsome Jack di Borderlands 2 saja tidak separah ini.
Dari segi visual atau presentasi pekerjaan ilustrator Mizushima Sorahiko pun bisa dibilang hanya sekadar “cukup”. Saya melihat keberadaan artifact dan piksel-piksel putih di outline sprite karakter terutama saat mereka menggunakan latar belakang gelap. Ukuran kepala antara sprite karakter-karakter lelaki dan perempuan pun berbeda sehingga perspektifnya kelihatan kacau-balau ketika dua karakter cowok dan cewek berdiri bersampingan. Hal yang bisa saya puji hanya adanya tautan dalam dialog ke basis data jargon-jargon yang diucapkan para karakter serta sulih suara/pilihan pengisi suaranya yang terbilang lumayan high-profile — dan mereka terasa menjiwai tiap skenario yang harus mereka baca. Lihat saja daftarnya:
- Hiroki Kusuhara: Haruki Ishiya (Tsukamoto Shuuichi, Hibike! Euphonium);
- Reina Orikasa: Saori Oonishi (Eriri Spencer Sawamura, Saekano);
- Sorano Mizunashi: Satomi Satou (Ritsu Tainaka, K-On!);
- Kakeru Amamiya: Shun Horie (Pierre, THE iDOLM@STER SideM);
- Haruna Kanzaki: Eriko Nakamura (Haruka Amami, THE iDOLM@STER);
- Akane Kokonoe: Saki Fujita (Mahiru Inami, WORKING!!; sampel suara Hatsune Miku);
- Ema: Yuu Asakawa (Rider, Fate/stay night);
- Aoi Mizunashi: Hitomi Nabatame (Erika Itsumi, Girls und Panzer);
- Mikoto Kozakura: Mariko Honda (Yuuko Aioi, Nichijou).
Tapi seperti halnya sang penjahat menyembunyikan rencana konyol bak penjahat film kartun, Memory’s Dogma CODE:01 menyembunyikan plot chuunibyou yang membuat saya geleng-geleng kepala di balik janji akan petualangan mengungkap misteri bertema fiksi ilmiah. Dan saya rasa developernya, Liz-Arts, juga melakukan hal serupa karena harapan apapun mengenai sekuel sudah diberangus sejak lama.
Ini Tipikal Penipuan Kickstarter, Sepertinya?
Judul ulasan ini “Memori yang Menyakitkan” karena satu, tadi: penggerak utama cerita adalah memori atau ingatan seseorang. Dua, karena mengingat-ngingat cerita Visual Novel ini sendiri membuat saya sakit kepala. Awalnya berpotensi menjadi cerita serius, lalu mendadak ganti jalur menjadi chuunige. Tiga, menyakitkan hati juga karena meski berjudul CODE:01 pengembangan untuk CODE-CODE berikutnya berhenti begitu saja. Kasarnya proyek ini adalah scam atau penipuan.
Memory’s Dogma dimulai sebagai proyek penggalangan dana Kickstarter oleh developer Liz-Arts dan penerbit Sekai Project. Liz-Arts yang sebelumnya sudah menggarap lima gim berbeda, menjanjikan Visual Novel ini akan menjadi trilogi dengan anak judul CODE:01, CODE:02, dan CODE:03. Namun kabar terakhir dari Sekai Project pada Maret 2019 silam hanya mengatakan kalau mereka sudah menerima naskah untuk CODE:02. Twitter resmi Liz-Arts pun terakhir aktif pada November 2020 saat menjawab pertanyaan salah satu penggemar Visual Novel Resette’s Prescription sementara situs resmi mereka berubah menjadi situs mesin-mesin judi (bandingkan dengan yang ada di WayBack Machine awal tahun 2020 lalu).
Saya hanya berharap setidaknya para backer bisa mendapatkan dakimakura Reina mereka.
Akhir Kata
Developer-developer Visual Novel mampu-mampu saja membuat kisah dengan elemen fiksi ilmiah yang berat; serial Sci-Adv milik MAGES dan Nitroplus, terutama Steins;Gate, merupakan contoh paling jelas yang juga menjadi salah satu standar kualitas. Ada pula Ever 17 dan 999. TIDAK SULIT mencari pilihan kalau kamu benar-benar menginginkan Visual Novel dengan unsur fiksi ilmiah sungguhan. Karena itu, saya memohon pada siapapun yang membaca (dan mencari informasi dari) ulasan ini untuk sebaiknya menjauh sejauh mungkin dari Memory’s Dogma CODE:01 jika kamu memang merupakan penikmat kisah-kisah fiksi ilmiah fringe.
Tapi kalau kamu cukup puas dengan plot yang digarap oleh/bertujuan melayani imajinasi anak SMP, saya pun tetap tidak bisa merekomendasikannya karena meski tim penulis naskah Michiho Fujimura, Youichi Hiragino, dan Wataru Takahashi (mungkin) sudah susah payah menanamkan ide-ide nyaris menarik yang bisa dikembangkan lebih lanjut ke berbagai arah, tidak akan ada CODE:02 alias sekuelnya.
MEMORY’S DOGMA CODE:01 | Steam – Rp115.999
Eriko-Factor:
Di Memory’s Dogma CODE:01 Eriko Nakamura memerankan Haruna, seorang detektif muda penuh semangat yang bertemu Hiroki saat menyelidiki kasus di balik tewasnya Sorano. Walau hanya tampil sebentar, Eriko sukses menghidupkan karakter Haruna sebagai peringan suasana dalam kelompoknya dengan pembawaan suaranya yang riang. Bisa menarik melihat bagaimana pandangan optimistis Haruna berevolusi setelah kejadian yang dialami olehnya dan grup Hiroki sepanjang cerita CODE:01 tapi sayangnya janji/rencana untuk sekuel sudah lama pudar bagai kenangan yang terlupakan.
https://stoplayingame.com/2021/06/08/memorys-dogma-review/https://i2.wp.com/stoplayingame.com/wp-content/uploads/2021/06/memorys-dogma-01.jpg?fit=500%2C500&ssl=1https://i2.wp.com/stoplayingame.com/wp-content/uploads/2021/06/memorys-dogma-01.jpg?resize=150%2C150&ssl=1UlasanPCLiz-Arts,PC,Sekai Project,Steam,visual novel1/4 = Tidak Layak (7 jam dari awal sampai habis) Dengan presentasi pas-pasan, pengembangan yang berhenti mendadak, dan cerita amburadul, Memory's Dogma CODE:01 merupakan salah satu contoh untuk tidak langsung memercayai proyek Kickstarter. Rilis: 19 Desember 2016 (PC; Inggris, Jepang, Rusia) Platform:PC (Steam) Lama Bacaan:7 jam Adegan Dewasa:Tidak (ada dialog kekerasan yang...Unit076Sidharta F. Rasididimaskrenz@yahoo.co.idAdministratorBig boss dari situs gim nggak maju-maju ini. Sudah terpapar video game sejak masih orok, sekarang segala macam game dimainkannya... kecuali horor. Gim favorit: Space Invader Extreme 2, Road Trip Adventure, Pokemon SoulSilver, Warriors Orochi 2, iDOLM@STER SP, Monster Hunter: WorldStoPlayinGame
Bagaimana menurutmu? Tinggalkan komentar atau kesan dan pesan di sini! [Email tidak wajib diisi]