Kesan Pesan: Steam Deck dan TGS 2022
Gelaran Tokyo Game Show 2022 yang dibuka dari 14 September baru saja berakhir pada tanggal 18 minggu lalu (tepatnya di jam 18:00 waktu setempat) dan saya beruntung bisa mengikuti kemeriahan tersebut di hari Jumat dan Minggu. Mengingat lokasi dan luasnya aula pertemuan Makuhari Messe — di kota Chiba, sejauh 42 km, memakan waktu 1 setengah jam dari pusat kota Shinjuku, Tokyo, dengan luas bangunan mencapai 72.000 meter persegi dan dibagi menjadi tiga gedung dari Hall 1 sampai Hall 8 — saya sendiri tidak sempat mencoba banyak gim di sana. Tapi untungnya, 2 dari 3 hal yang membuat saya penasaran, berhasil saya cicipi di Tokyo Game Show 2022: handheld Steam Deck dan gim Wanted: Dead garapan Soleil.
Kesan Pesan Steam Deck
- Produsen: Valve
- Rilis: 25 Februari 2022 (Amerika Serikat)
Saat saya mendatangi stan Steam Deck di hari Jumat, 15 September, saya merasa agak heran, “Hmm, apakah gamer Jepang (masih) tidak punya animo untuk mencoba hal-hal berbau PC?” lantaran antriannya hanya sebanyak 20an orang dan waktu tunggu hanya 30 menit. Tapi pendapat saya langsung terbantahkan setelah 20 menit berselang, karena di belakang saya bejibun orang tiba-tiba muncul entah dari mana; orang Jepang, Cina, bule (Amerika, Eropa, entah), maupun orang kulit hitam.
Nampaknya Valve dan distributor Komodo juga cukup serius dalam menanggapi pasar Jepang karena mereka sudah bekerjasama dengan produsen peripheral Hori untuk membuat sejumlah perangkat tambahan resmi, seperti arcade stick, controller, dan tas perjalanan. Sejumlah media seperti Gamingonlinux.com juga melaporkan kalau bilik demonya juga diam-diam memamerkan dock resmi Steam Deck.
Melewati tirai dan masuk ke panggung demo, kami semua diajak menonton trailer perkenalan Steam Deck selagi menunggu pengunjung sebelumnya diminta berbenah. Sebelum berakhir, video memberi tahu waktu demo hanya 15 menit saja. Bukan waktu yang cukup untuk benar-benar menikmati gim-gim yang disediakan maupun mesinnya sendiri, jadi saya pikir sebaiknya saya “bermain-main” dengan pengalaman memakainya saja.
Hal pertama yang langsung saya tes adalah bermain sambil mendongak dengan tangan memegang Steam Deck ke udara; berusaha mereplikasi gaya main gim sambil tiduran di atas kasur. Dengan berat 669 gram, tangan saya terasa cepat pegal karena Steam Deck memang relatif cukup berat. Bisa dibandingkan dengan berat Switch biasa (bukan OLED atau Slim tapi ditambah berat Joy-Con): 398 gram. Atau 2 console genggam yang masih suka saya mainkan: N3DS XL (329 gram) dan PS Vita 1000 (260 gram). Perbedaannya cukup jauh.
Walau begitu, saya terkesan dengan fitur me-minimize gim yang sedang berjalan. Pertama, saya menjalankan Teenage Mutant Ninja Turtles: Shredder’s Revenge, lalu saya buka halaman Library Steam lagi dan menjalankan Ace Combat 7. Keduanya berjalan mulus bahkan saat saya bolak-balik menggonta-ganti antara kedua judul tersebut! Bahkan ketika aturan grafis Ace Combat 7 saya ubah dari Medium ke High, saya tidak melihat pengaruh ke performa, gim (sepertinya) tetap bertahan di 60 FPS — walaupun perlu dicatat saya hanya mencoba beberapa menit pertama dari misi awal “Charge Assault” dan sepertinya saya melihat jaggies atau resolusi gim yang berbeda dengan resolusi layar. Fitur ini kelihatannya cocok buat orang-orang yang hobi menghabiskan waktu dengan dual-monitor dan multitasking 2 atau lebih gim berbeda.
Sayangnya, saat saya ingin bereksperimen dengan menambahkan Marvel’s Spider-Man sebagai gim ketiga untuk di-minimize, mendadak layar SteamDeck saya berhenti bergerak, menandakan waktu 15 menit demo sudah berakhir.
Kesan Pesan: Steam Deck merupakan perangkat yang cukup menarik bagi penggila gim. Pribadi, dari demo 15 menit tersebut, saya masih belum melihat kepraktisannya membawa Steam Deck ke luar rumah dan kegiatan-kegiatan ruang terbuka karena ukurannya cukup besar (sebagai gambaran, ingat-ingat lagi perbandingan yang sering orang buat antara smartphone dan tablet). Tapi sejauh ini saya pikir Steam Deck cukup berhasil menerjemahkan perasaan bermain gim di komputer mid-end ke genggamanmu tanpa perasaan canggung seperti streaming di ponsel.
Kesan Pesan Wanted: Dead
- Developer: Soleil
- Penerbit: 110 Industries
- Platform: PlayStation 5, Xbox Series X|S, PC (Steam)
- Rilis: 14 Februari 2023
Di hari Minggu, 18 September, akhirnya saya menjajal Wanted: Dead, gim Action yang digadang-gadang merupakan gagasan dari eks-Team Ninja, Soleil, dan diterbitkan oleh 110 Industries. Judul ini menjual kombinasi mulus pertempuran tembak-tembakan dan tebas-tebasan pedang serta sedikit sentuhan unsur sadisme, memungkinkanmu membelah prajurit musuh menjadi beberapa bagian. Jelas saya tertarik karena saya cinta sekali film Equilibrium dan koreografi “gunkata” Resident Evil: Vendetta. Saya berharap Wanted: Dead mampu memuaskan dahaga koreografi konyol tersebut, tapi sayangnya Soleil gagal menepati janji mereka — setidaknya dari yang sedikit saya coba dalam demo 20 menit di TGS 2022.
Setelah mempelajari gerakan-gerakan dasar di area tutorial melawan hologram, gim dibuka dengan adegan Letnan Hannah Stone dan regu polisi Zombie Unit menggebrak sebuah gedung bertingkat. Mereka lalu disambut oleh hujan timah panas dari segerombolan pasukan berseragam lengkap (saya melewati semua cutscene karena waktunya cuma 20 menit jadi saya tidak tahu ceritanya).
Ketika saya mengambil alih kendali Hannah dari cutscene, hal pertama yang saya sadari adalah gerakan yang terasa agak kaku. Tidak ada banyak variasi kombinasi serangan pedang dan pistol sehingga pertempuran terasa monoton; bahkan fitur double dodge tidak terbuka dari awal padahal terasa cukup esensial untuk memberi jarak setelah bermain agresif. Meski saya pikir tidak semua gim butuh dodge-cancel lengkap dengan i-frame, Wanted: Dead seharusnya menggunakan sistem tersebut mengingat pasukan musuh kerap bersembunyi di belakang meja-meja sambil menembaki kita secara ugal-ugalan dan membunuh musuh dengan pedang akan memberikan regenerasi nyawa. Gim ini meminta kita bertarung dengan agresif tapi tidak memberi dukungan mobilitas yang tepat untuk gaya permainan seperti itu.
Saya rasa dari segi mekanisme pertempuran, judul ini seharusnya mengambil lebih banyak contoh dari Resident Evil 6, Transformers: Devastation, dan Samurai Western; meniru bagaimana gim-gim tersebut memberikan opsi untuk membalas serangan jarak jauh maupun dekat serta bagaimana dua judul terakhir mengoperasikan sistem dodge-nya.
Kesan Pesan: Dari demo singkat TGS 2022, Wanted: Dead sepertinya hanya menjual idea menarik tanpa dukungan mekanisme pertempuran yang matang dan cocok untuk skenario-skenario laga nan gesit yang ingin mereka sajikan. Meski begitu, kemungkinan mekanisme-mekanisme gim ini akan terbuka lebih lanjut di misi-misi yang lebih jauh — dan setelah 1-2 playthrough tambahan kalau melihat adanya sistem Skill Tree. Tapi menurut saya, sepertinya akan jauh lebih menghibur kalau Wanted: Dead justru membuka semua fitur sejak awal dan membiarkan kita bereksperimen sendiri perlahan-lahan. Tidak semua gim harus punya sistem unlockable cuma demi meminta para pemainnya menghabiskan berjam-jam memainkan judul tersebut, kan?
Kesan Pesan Earth: Revival
- Developer: Nuverse
- Penerbit: Nuverse
- Platform: PC, Android, iOS
- Rilis: 2023
Judul terakhir yang saya mainkan di TGS 2022 adalah Earth: Revival. Jujur saja, sebelum mendatangi stan yang dipenuhi oleh fotografer yang mengelilingi cosplayer monol-monol ini, saya belum pernah mendengar nama “Earth: Revival“. Ternyata ini adalah gim petualangan yang bakal rilis di PC dan ponsel di tahun 2023 garapan Nuverse, anak perusahaan ByteDance.
Nampaknya kita berperan sebagai seorang penjelajah di dunia pasca-kehancuran dalam gim ini. Monster-monster aneh seperti mutan humanoid raksasa atau laba-laba mutan pun berkeliaran dan memburu orang-orang yang masih selamat. Bersenjatakan senapan dengan dua mode serangan (tembakan full-auto standar dan semburan listrik beruntun selama sekitar 5 detik) dan palu gada, kita pun berusaha bertahan hidup di dunia baru tersebut.
Dari segi gameplay, tidak banyak yang berbeda dari gim Action Adventure lainnya. Arahkan kursor ke arah musuh, damage number keluar saat menembaki mereka, lakukan terus sampai musuh habis. Point and shoot. Mengayun-ayunkan palu juga kurang lebih sama, hanya saja senjata senjata jarak dekat memiliki dua serangan spesial. Untuk palu, ada serangan area-of-effect untuk membersihkan gerombolan musuh dan memutar-mutar untuk menghasilkan damage konsisten selama beberapa detik. Tiap kali kita mengalahkan musuh, sebuah bar akan terisi. Jika penuh dan dipencet maka karakter kita akan memakai exoskeleton dan dapat melancarkan serangan spesial seperti hujan roket. Setelah menyelesaikan tutorial, kita juga diberikan rekan AI untuk membantu pertempuran: seekor anjing yang bisa menembakkan misil, peri atau robot terbang yang memberikan support, dan satu lagi… saya tidak ingat.
Saya tidak sempat mencicipi banyak konten yang disajikan oleh gim ini karena saya menjajal versi ponsel dan sama sekali kagok main gim Action dengan kendali layar sentuh. Tapi dari yang saya intip dari bagian pemain PC dan video trailer di atas, tampaknya di satu titik kita akan mendapatkan semacam motor futuristis untuk menjelajah dunia Open World-nya dan juga membuka fitur crafting perlengkapan maupun markas.
Kesan Pesan: Saya sama sekali tidak memiliki opini kuat mengenai Earth: Revival. Grafisnya oke, tapi gim buatan perusahaan apa sih yang tidak mengusung grafis canggih dewasa ini? Gim dengan tingkat fidelitas tinggi sudah tidak lagi — dan seharusnya tidak pernah — menjadi daya tarik utama sebuah gim sejak setidaknya 5 tahun lalu. Ini adalah gim yang sangat “gim”; judul ini ada, terlahir, dan ya, bagus lah kalau ada yang mau main. Tapi mungkin saya kurang terkesan karena saya hanya mencicipi versi ponselnya lantaran salah masuk antrian. Tapi selama mengantri dan menontoni versi PC, saya juga tidak mendapat kesan apa-apa sih… Yah, kalau kamu belum pernah mendengar nama Earth: Revival juga sebelumnya dan sekarang jadi tahu dan tertarik, selamat.
Sayang saya tidak sempat masuk ke stan Exoprimal, ditambah saya juga kehabisan merchandise resmi TGS 2022. Mungkin tahun depan bisa lebih beruntung. Perihal suasana sendiri, sebenarnya TGS tidak seheboh yang saya bayangkan; tidak begitu berbeda dari mendatangi acara lokal di Indonesia macam Indocomtech, Jakarta Game Show, atau Game Prime. Hanya saja memang tempat acaranya jauh lebih besar serta judul-judul yang bisa ditonton (atau dicicipi jika beruntung/sabar) tersedia jauh lebih banyak dan lebih high-profile. Untuk tahun ini pula, harus dicatat kalau jumlah pengunjungnya “cuma” mencapai sebanyak 138.192 orang — setengah dari TGS 2019, tahun terakhir CESA (Computer Entertainment Supplier’s Association) mengadakan acara fisik sebelum pandemi corona.
Tokyo Game Show 2022 diadakan di aula pertemuan Makuhari Messe, Chiba, Jepang, sepanjang 14 sampai 18 September 2022. Hari media digelar pada 14 September dan dari 15 September acara dibuka untuk umum.
https://stoplayingame.com/2022/09/21/steamdeck-tgs-2022/https://i0.wp.com/stoplayingame.com/wp-content/uploads/2022/09/tgs2022-08.jpg?fit=800%2C800&ssl=1https://i0.wp.com/stoplayingame.com/wp-content/uploads/2022/09/tgs2022-08.jpg?resize=150%2C150&ssl=1EditorialMobilePC110 Industries,ByteDance,Soleil,Steam Deck,Tokyo Game Show,ValveGelaran Tokyo Game Show 2022 yang dibuka dari 14 September baru saja berakhir pada tanggal 18 minggu lalu (tepatnya di jam 18:00 waktu setempat) dan saya beruntung bisa mengikuti kemeriahan tersebut di hari Jumat dan Minggu. Mengingat lokasi dan luasnya aula pertemuan Makuhari Messe -- di kota Chiba, sejauh...Unit076Sidharta F. Rasididimaskrenz@yahoo.co.idAdministratorBig boss dari situs gim nggak maju-maju ini. Sudah terpapar video game sejak masih orok, sekarang segala macam game dimainkannya... kecuali horor. Gim favorit: Space Invader Extreme 2, Road Trip Adventure, Pokemon SoulSilver, Warriors Orochi 2, iDOLM@STER SP, Monster Hunter: WorldStoPlayinGame
Bagaimana menurutmu? Tinggalkan komentar atau kesan dan pesan di sini! [Email tidak wajib diisi]