Boku ga Tenshi ni Natta Wake: Menjadi Detektif Cinta
3/4 = Layak Beli (16 Jam common route + rute teman masa kecil)
BokuTen menyajikan kisah romantis mengenai “cinta” dan “pengorbanan” dengan skenario pembuka dan konsep yang menarik. Sayangnya, true end yang kelewat melankolis malah membuat frustrasi.
Rilis: 28 Februari 2013 (PC; Jepang) 19 Desember 2019 (PC; Inggris) |
Platform: PC (Steam, MangaGamer) |
Lama Bacaan: 30-40 jam |
Adegan Dewasa: Ya (dengan patch) |
Menjelang akhir tahun kemarin saya sebenarnya berniat mengomentari PS5, setelah meledek Xbox Series X. Tapi sayangnya (untungnya?) saya malah terpincut oleh Visual Novel berjudul Boku ga Tenshi Natta Wake; disingkat BokuTen. Berkat konsepnya yang menyenangkan dan betapa nyamannya streaming PC lewat PS Vita pakai klien Moonlight, saya malah lupa waktu. Ditambah latar waktu cerita dari Oktober sampai Februari membuat BokuTen menjadi bacaan yang tepat untuk membuka (dan menutup) Tahun Baru. Setelah selesai menuangkan emosi saya mengenai BokuTen pada kesempatan kali ini, saya akan kembali membahas topik next-gen (udah current-gen kali) console untuk tulisan berikutnya.
Babak Pertama yang Menggugah
BokuTen menceritakan Tomoe Kirinokojima, seorang bocah SMA yang lihai memanah dan karena satu-dan-lain-hal tidak “boleh/ingin” merasakan cinta. Dia mendadak bertemu dengan malaikat bernama Aine yang kehilangan kemampuan untuk menyatukan cinta antara satu sama lain lewat kekuatan benang merah. Seperti yang bisa kamu duga, tugas kita sebagai Tomoe adalah bermain cupid demi membantu Aine menjaga maupun mempertemukan perasaan cinta kasih yang terjadi di sekolah Akademi Miharugaoka.
Secara tema saya rasa Visual Novel ini tidak memberikan sesuatu yang benar-benar baru. Manga The World God Only Knows rilisan 2008 kurang lebih menyajikan konsep serupa. Untungnya dari segi irama narasi, BokuTen tidak bertele-tele dalam membangun latar cerita maupun para karakternya. Hanya memakan paling sekitar 20 menit untuk menjelaskan kehidupan Tomoe dengan orang-orang di sekitarnya dan langsung masuk ke plot utama. Ringkasnya narasi sukses memikat saya begitu Aine muncul dan isu menyatukan cinta mulai berjalan. Tidak seperti Steins;Gate misalnya, walaupun untuk judul seperti itu kontras antara gambaran kehidupan sehari-hari dengan konflik atau pelintiran ceritanya memang perlu lebih ditekankan.
Ditambah begitu melewati pembuka dan memasuki bab satu common route, kita diajak memasuki perspektif karakter lain (dalam kasus ini Kayo Ukutsu, gadis anggota ekskul lari yang cintanya bertepuk sebelah tangan). Begitu pula di bab-bab setelahnya. Cukup menyegarkan bisa melihat konflik cerita dari sudut pandang “target” dan membuat pilihan berdasarkan apa yang mereka pikirkan meskipun Tomoe dan Aine tidak mengetahuinya.
Bicara soal pilihan, di sini pilihan yang akan memengaruhi cerita dan rute heroine yang kita dapat cukup sederhana: apakah kamu mau memanah hati para sasaran atau membiarkan mereka begitu saja? Namun yang cukup menarik, hasil dari pilihan tersebut (hampir selalu) ambigu. Meski kamu ingin semua hubungan yang kamu bantu berakhir bahagia, BokuTen sadar kalau mengorbankan sesuatu demi cinta — dan sebaliknya — bukan berarti memastikan kamu akan bahagia. Sayangnya, mencapai setengah jalan (termasuk sebagian besar rute para main heroine-nya) ceritanya jadi tidak sememikat bagian awal.
[Catatan: bagi saya unsur R-18+/dewasanya terbilang terkait erat dengan konsep ceritanya, mengenai “cinta” dan “pengorbanan” sehingga saya pikir membaca versi All-Ages akan mengurangi dampak emosional yang ingin BokuTen sampaikan — terutama di bab-bab akhir. Maka dari itu kalau memungkinkan jangan lupa ambil patch R-18-nya langsung dari situs MangaGamer.]
Namun Diakhiri dengan Gol yang Bermasalah
Bagi saya pribadi salah satu kekurangan terbesar BokuTen adalah ketika saya mencapai dua bab akhir dari common route. Terutama ketika salah satunya terkesan terlalu mengobjektifikasi/mem-fetish-kan isu yang sedang terjadi. Skenario “berat” ini saya rasa digunakan untuk menunjukkan bagaimana seseorang bisa menolerir degenerasi moral yang dilakukan oleh objek cinta mereka. Akan tetapi eskalasi konfliknya terkesan kelewat cabul. Tiga CG dewasa dan empat dialog mesum? Sepertinya tidak perlu “sekasar” itu; kecuali memang niatanmu memancing selera para manusia bejat pencari nukige.
Kekurangan lainnya: para heroine kurang terlibat dalam common route/plot malaikatnya. Mereka pada dasarnya eksis hanya sebagai filler content untuk kita pandangi (dan masturbasi). Dan lantaran mereka keterlibatan mereka terbilang minim, pilihan-pilihan yang diberikan pada dasarnya tidak berarti; cukup pilih salah satu atau setengah-setengah sampai tamat supaya kita bisa menyelesaikan tiap rute heroine dan akhirnya sampai ke true end. Ditambah rute mereka sendiri kurang memuaskan:
- Rute teman masa kecil terlalu memakan banyak waktu (walau mungkin tujuan utamanya memang untuk menggambarkan kebimbangan Tomoe dan sang gadis).
- Jalan cerita rute “gadis-dengan-kehidupan-ganda” sangat mudah ditebak, tapi OVERDRIVE tampak menghabiskan banyak waktu untuk adegan dewasa serta grafis CG karakter satu ini. Saya asumsikan karena pembaca Jepang tergila-gila dengan karakter tipe ini? Pilih kasih amat.
- Dan gadis yang terakhir, masalahnya sama seperti bab akhir common route; eskalasi konfliknya terlalu konyol dan seksual.
Saya pikir setidaknya pilihan dan rute-rute yang kita lalu bisa terasa jauh lebih berarti kalau mereka menggambarkan atau mengikuti sudut pandang para heroine soal cinta dan arti benang merah itu sendiri.
Lalu meski true end memang menjawab misteri-misteri yang menjadi tulang punggung plot seperti latar belakang Tomoe yang tragis atau kenapa Aine mendadak jatuh di halaman rumah Tomoe, ada masalah sendiri yang tersembunyi di sana — terutama di bagian klimaks. Saya berusaha menghindari beberan sebisa mungkin, jadi mungkin apa yang saya jelaskan dibawah bakal… kurang jelas tanpa konteks.
Sederhananya: ada dua pelintiran cerita yang terjadi di klimaks cerita. Masalahnya, keduanya terlalu mirip. Ketika pelintiran yang sama terjadi berurutan, hal itu justru memusnahkan dampak dari momen dramatis baik sebelumnya maupun yang sedang terjadi. Pengorbanan besar yang harus para karakter utama lalui untuk mencapai titik tersebut pun terasa disia-siakan. Alih-alih siap menutup buku dan merefleksikan pilihan hidup selama ini selagi menikmati lagu ending Snow Song, saya pribadi malah merasa luar biasa kesal.
Bukan berarti saya mengharapkan happy ending sejak awal, akan tetapi memaksakan ending bittersweet seakan-akan memberi kesan kalau cerita sebuah Visual Novel (dan karya penulis naskah) bakal “lebih dihargai” oleh para penikmatnya selama ending-nya melankolis dan tidak bahagia. Atau mungkin itu yang dicari oleh pembaca utsuge/nakige? Rasa-rasanya kalau dibahas malah menimbulkan banyak pertanyaan lain.
Dan terakhir, si penulis skenario Reiji Nakura punya masalah apa sama orang gendut, sih?
Akhir Kata
Saya merasa Boku ga Tenshi Natta Wake merupakan Visual Novel yang lumayan membuat frustrasi; saya ingin sekali menyukainya tapi true end-nya terkesan “maksa”. Di sisi lain saya juga tidak bisa tidak merekomendasikannya karena menghibur dan konsepnya menarik sampai saya penasaran akan keseluruhan ceritanya. Jujur setelah menyelesaikan common route saya jadi ingin main gim semacam L.A. Noire; tapi bukannya menyelidiki kasus kriminal kita malah memprofil orang-orang untuk di-mak-comblang-kan.
BOKU GA TENSHI NI NATTA WAKE | Steam – Rp189.999 ; MangaGamer – $44,95
Eriko-Factor:
Di BokuTen Eriko Nakamura memerankan Aine, malaikat yang kehilangan kemampuan menyatukan cinta. Karakter Aine terbilang mirip seperti karakter-karakter lain yang disuarai olehnya: lugu, proaktif, penuh energi, dan pantang menyerah. Walau agak “membosankan” Aine sangat cocok dipasangkan dengan Tomoe yang dingin dan apatis akan isu cinta. Hanya saja — mengingat dia adalah malaikat bersenjatakan gitar dan vokalis grup band malaikat — amat disayangkan Eriko sendiri tidak mengisi lagu insert maupun end credit seperti halnya a little love song di Koichoco.
https://stoplayingame.com/2021/01/06/bokuten-review/https://i2.wp.com/stoplayingame.com/wp-content/uploads/2021/01/bokuten-01.jpg?fit=500%2C500&ssl=1https://i2.wp.com/stoplayingame.com/wp-content/uploads/2021/01/bokuten-01.jpg?resize=150%2C150&ssl=1UlasanPCMangaGamer,Overdrive,PC,Steam,visual novel3/4 = Layak Beli (16 Jam common route + rute teman masa kecil) BokuTen menyajikan kisah romantis mengenai 'cinta' dan 'pengorbanan' dengan skenario pembuka dan konsep yang menarik. Sayangnya, true end yang kelewat melankolis malah membuat frustrasi. Rilis: 28 Februari 2013 (PC; Jepang)19 Desember 2019 (PC; Inggris) Platform:PC (Steam, MangaGamer) Lama...Unit076Sidharta F. Rasididimaskrenz@yahoo.co.idAdministratorBig boss dari situs gim nggak maju-maju ini. Sudah terpapar video game sejak masih orok, sekarang segala macam game dimainkannya... kecuali horor. Gim favorit: Space Invader Extreme 2, Road Trip Adventure, Pokemon SoulSilver, Warriors Orochi 2, iDOLM@STER SP, Monster Hunter: WorldStoPlayinGame
Bagaimana menurutmu? Tinggalkan komentar atau kesan dan pesan di sini! [Email tidak wajib diisi]