Apakah penantian panjang para penggemar game fighting (atau mungkin sekedar penggemar Capcom atau Marvel) selama 10 tahun membuahkan hasil yang memuaskan?

Kameha-- eh, HADOUKEENNN!!!

Ingin tahu pendapat saya mengenai “Gaming’s Greatest Crossover” (well the trailer said so) ini? Silakan lanjut!

First of all, saya hanya akan bilang bahwa saya tidak akan menyinggung soal cerita yang terdapat didalam game ini. Kenapa? Karena game ini nggak ada ceritanya!! Ingat soal cerita yang ditunjukkan di New York Comic-Con tahun lalu? Bah. Satu-satunya mode permainan yang paling menyerupai Story Mode hanya Arcade Mode, dimana Anda akan melawan musuh yang dipilih secara random dalam 6 ronde kemudian Galactus akan muncul sebagai boss battle. Walaupun tiap karakter memiliki ending yang berbeda, tapi tiap ending terasa sangat datar, membosankan, dan kurang “sreg”. Harusnya Capcom paling tidak mencoba untuk lebih mengupas dunia Marvel vs Capcom. Itulah kenapa saya tidak ingin membahas soal cerita, karena memang kebanyakan game fighting dibuat hanya sebagai game “bak-bik-buk-gebuk-gebuk”kan… cerita mah seadanya saja.

Yep he is HUGE

Kalau begitu apa yang membuat game ini menarik? Nah masalah itu yang akan saya bahas, dengan senang hati.

Dari dulu saya hanya asal memencet tombol jika memainkan game fighting, tapi semua itu berubah dengan sistem baru yang diperkenalkan Marvel vs Capcom 3. Melalui “Simple Mode”, MvC 3 welcomes the newbie. Jadi sebelum Anda memilih karakter, akan ada pilihan mode “Normal” dan “Simple”. Jika Anda memilih “Normal” maka layaknya game fighting biasa, untuk menaklukkan lawan, Anda harus mengeluarkan kombo-kombo sakti. Sementara itu “Simple” dibuat untuk orang yang tidak jago (macam saya) atau hanya ingin bersenang-senang saja. Melalui mode “Simple” tombol-tombol dibuat lebih… simpel. Dengan hanya menggunakan satu tombol Anda sudah dapat bisa melancarkan kombo standar, serangan special, dan sebagainya. Jadi sekarang paling tidak Anda bisa mempertahankan diri jika melawan orang yang sudah ahli– Nah, I’m just kidding, you’ll be crushed. (I know how it feels, don’t ask…)

Ngomong-ngomong soal pemilihan karakter, ada satu hal yang mungkin membuat penggemar seri ini kecewa, yaitu jumlah karakter yang tidak terlalu banyak. Dibandingkan Marvel vs Capcom 2 yang memiliki roster sebanyak 56 karakter, di MvC 3 hanya 32 karakter yang tersedia. Tapi bukan berarti game ini jelek, justru dengan jumlah karakter yang lebih terbatas tiap karakter terasa lebih unik dan seimbang dengan moveset dan skill-nya masing-masing, baik dalam masalah damage-dealing maupun defense. Sekalipun pertandingan terasa sangat tidak seimbang antara Anda dengan lawan, Anda dapat mengaktifkan “X-Factor”, sistem baru dalam MvC 3. Ketika X-Factor diaktifkan maka gerakan dan serangan yang dilancarkan karakter akan lebih cepat dan mematikan. Bahkan chip damage (damage yang diterima ketika sedang menangkis serangan) yang diterima bakal lebih besar. X-Factor ini akan lebih efektif  jika digunakan ketika karakter Anda tinggal tersisa satu orang (Oiya game ini menggunakan sistem 3 vs 3).

Ada Wesker versi Resident Evil 5 juga

Selain perubahan sistem yang (masih) dapat mengikat pemain newbie maupun veteran, hal unik lainnya yaitu pada bagian grafik. Game ini menggunakan engine MT Framework yang digunakan juga untuk Lost Planet 2 dan Resident Evil 5! Tindakan yang cukup berani untuk Capcom, mulai dengan transisi dari 2D ke 3D hingga menggunakan engine tersebut! Tetapi ketika saya menonton trailer-nya kemudian melihat screenshot-screenshot seperti yang diatas, jujur saja, saya agak merasa kecewa. Setelah gembar-gembor dari trailer-nya yang bergaya sangat komik lengkap dengan outline dan shading tebal, pas bermain kok… karakter terlihat sangat “kinclong” seperti mainan plastik? Walaupun begitu saya cepat terbiasa dan masalah kecil seperti itu tertutupi oleh gameplay yang sangat menyenangkan.

Bahkan Arthur terlihat keren di trailer-nya

Dan terdapat hal-hal kecil yang membuat game ini tetap fresh, seperti animasi kalahnya Zero (dia akan pecah seperti game Megaman jadul), serangan-serangan Amaterasu yang tetap bergaya lukisan Jepang kuno, obrolan karakter sebelum dan sesudah pertandingan, dan yang paling menyenangkan yaitu: Deadpool. Sebagai karakter yang hobinya breaking the 4th wall, dia akan mengatakan dan/atau melakukan berbagai macam hal kocak mulai dari moonwalking, referensi game jadul seperti “Welcome to die” dari game arcade X-Men, hingga meme “MAHVEL BAYBEE“. Dan bagi yang tidak mengerti referensinya, yah paling tidak bacotannya Deadpool tetap menghibur.

Dan untuk menjaga kelangsungan Marvel vs Capcom 3, Capcom berjanji bahwa mereka akan tetap menjaga seri ini dengan menyuplai DLC. Tapi mengingat Street Fighter, sepertinya DLC MvC 3 bakal mahal (bahkan buat kostum doang). Dan bagi yang sudah membeli game ori (seperti saya, biar bisa download Jill dan Shuma-Gorath gratis. Tapi mana kodenya nggak muncul-muncul) bersiap-siaplah untuk mengeluarkan uang lagi, mengingat Capcom mengeluarkan versi “Super Street Fighter IV” untuk game Street Fighter IV-nya.

——————————

Score:

Gameplay: 8.5 (Fast-paced dan tetap menyenagkan walaupun lawan komputer)

Graphic: 7.0 (Ngomongnya sih comic-like…)

Story: 4.0 (Bah, bullcrap!)

Music & Sound: 8.5 (Tidak akan pernah bosan mendengar “Magneto, welcome to die~”)

Replay Value: 8.0 (Makin rame makin mantap!)

Overall: 8.0 (Bisa lebih rendah lagi skornya, tapi… DEADPOOL!)

Website:

MarvelvsCapcom3.com

Unit076MicrosoftSonyUlasanCapcom,MarvelApakah penantian panjang para penggemar game fighting (atau mungkin sekedar penggemar Capcom atau Marvel) selama 10 tahun membuahkan hasil yang memuaskan? Ingin tahu pendapat saya mengenai 'Gaming's Greatest Crossover' (well the trailer said so) ini? Silakan lanjut! First of all, saya hanya akan bilang bahwa saya tidak akan menyinggung soal...and get a life!